Terlepas dari sudah kesekian kalinya tampil dalam MCU, tentunya masih banyak penonton yang kurang mengetahui lebih detail tentang Thor. Padahal, ada banyak fakta menarik seputar sang Dewa Petir yang perlu kamu ketahui, baik dalam versi komik ataupun film live action.
Walau ia seorang Dewa, Thor kerap jadi pemantik tawa dalam setiap penampilannya; bail dalam filmnya sendiri, bersama Avengers, atau ketika ia jadi kameo. Salah satu yang paling baru adalah kemunculannya di Deadpool & Wolverine (2024). Jadi salah satu kameo yang cukup menarik perhatian, Thor menangis sambil memegang Deadpool.
Berbeda sama anggota Avengers lainnya, kisah Thor diadaptasi dari mitologi Nordikyang usianya udah berabad-abad. Mitologi ini berasal dari negara-negara Skandinavia (Eropa Utara), seperti Norwegia, Denmark, dan Islandia. Sama kayak versi mitologinya, Thor adalah sosok dewa yang sangat dihormati dan dipuja-puja. Soalnya, Thor digambarkan sebagai pahlawan yang mahakuat dan bisa ngelakuin banyak hal.
Nah, sebelum diangkat sama Marvel Cinematic Universe (MCU) menjadi sebuah sajian sinematis yang mahaepik, Thor juga udah dibahas dalam berbagai literatur Nordik yang disatukan dalam sebuah jurnal tentang mitologi Nordik bernama Poetic Edda. Cerita-cerita yang ada di dalam jurnal ini memang enggak sefantastis yang digambarin dalam MCU. Akan tetapi, kisah Thor dalam literatur-literatur sebelumnya juga enggak kalah menarik, kok.
Justru, kisah Thor versi lainnya ini lebih manusiawi dan bikin kita bisa melihat sisi lain dari seorang dewa petir. Biar kamu enggak penasaran, yuk, simak rangkuman cerita kehidupan Thor dalam mitologi Nordik! Beberapa fakta Thor di bawah ini mungkin belum kamu tahu
Dalam Völuspá, sajak tertua yang memuat tentang mitologi Nordic, Odin didatangi seorang peramal bernama Völva. Sang peramal ngomong sama Odin bahwa dia melihat nasib mengenaskan menimpa Thor di masa depan.
Menurut ramalan, Thor bakal ngelawan seekor ular besar dan ganas dalam Ragnarok (kiamat dalam mitologi Nordic) dan dia bakal memenangkan pertempuran itu. Meski menang, Thor hanya mampu berjalan sebanyak sembilan langkah sebelum pada akhirnya tumbang dan menjemput ajal.
Waktu Thor meninggal dunia, seluruh semesta berduka. Langit gelap, bintang-bintang pun redup. Namun, setelah itu, air akan mengaliri dunia lagi dan dunia pun kembali hijau dan subur.
Thor pernah adu mulut dengan pendayung perahu
Sebagai anak Odin dan seorang dewa petir yang hebat, kamu pasti menyangka kalau Thor selalu diceritain bertarung atau berantem sama sosok yang benar-benar jahat, nyeremin, dan bermaksud untuk menghancurkan dunia. Berantemnya pun bukan sekadar tampar-tamparan, tapi udah pakai seluruh otot dan petir di muka Bumi.
Nyatanya, dalam sebuah kisah, Thor pernah berantem, tapi cuma adu bacot sama seorang pendayung perahu. Hal ini tercatat dalam sebuah sajak berjudul Hárbarðsljóð,
Ceritanya, Thor abis pulang dari pertempuran di Jotunheimr, negerinya para Jotun alias raksasa. Dia bermaksud naik perahu buat balik ke Asgard. Nah, di perjalanan, Thor bertemu dengan seorang pendayung bernama Hárbarðr. Dia minta sama Hárbarðr buat nganterin dia pakai perahu. Bukannya ngebantuin, Hárbarðr malah ngehina Thor sebagai sosok yang kumal dan menolak nganterin Thor.
Awalnya, Thor berusaha sabar. Akan tetapi, kesabarannya mencapai titik nadir karena sang pendayung terus menghinanya. Akhirnya, Thor bilang bahwa dia adalah makhluk hebat yang udah ngebunuh berbagai monster. Lucunya, Hárbarðr enggak peduli dan menolak nganterin sang dewa petir. Thor pun terpaksa pulang jalan kaki. Kebayang, enggak, sih, kamu ngelihat dewa capek-capek jalan kaki?
Teka-tekinya, siapa sih sebenarnya sosok Hárbarðr yang berani banget nolak permintaan seorang dewa? Usut punya usut, Hárbarðr ternyata adalah Odin yang lagi nyamar. Sang bokap nyamar cuma buat ngetes kesabaran Thor buat enggak ngebunuh orang yang berkata kasar kepadanya. Odin juga ngetes kesabaran Thor untuk berjalan kaki. Iseng banget, ya!
Kalau kamu udah nonton film Thor: Ragnarok atau seenggaknya ngelihat adegan post-credit Doctor Strange, lo pastinya tahu kalau Thor lebih suka minum bir daripada teh kayak bangsa Skandinavia pada umumnya. Nah, Thor punya cerita lucu soal hobinya minum bir dalam sajak Hymiskviða, Cerita sajak ini bisa dibilang ngegambarin sisi lain hidup Thor yang biasanya digambarkan sangat keras dan cadas.
Ceritanya, Thor dan Tyr (dewa hukum dan perang) ngerasa haus banget setelah berburu. Mereka pun pergi ke rumah Ægir, seorang Jötun yang juga temen deketnya para dewa dan sering ngadain pesta bareng mereka.
Nah, di sana Thor udah enggak sabar buat minum ale (bir keras) dan bahwa Ægir harusnya bikinin mereka ale secara mereka berdua adalah dewa. Ngerasa kesal diperintah, Ægir bilang bahwa dia mau ngebuatin ale buat mereka berdua. Syaratnya, Thor dan Tyr harus ngebawain Ægir sebuah ketel air.
Zaman dulu belum ada supermarket ritel, mencari ketel bukanlah hal yang gampang. Mereka pergi ke rumah kenalan mereka bernama Hymir, yang kebetulan punya ketel. Lucunya, Hymir pun ngerasa direpotin dan ikut-ikutan ngerjain Thor dan Ægir. Hymir meminta mereka berdua untuk mancing paus. Saat mancing, tiba-tiba ada sosok ular jahat bernama Jörmungadr nongol dan menyerang. Thor pun harus capek-capek melawan dan mengalahkan ular itu.
Belum selesai sampai di situ, Thor dan Tyr juga harus ngebantuin Hymir ngangkat paus yang beratnya amit-amit. Setelah capek-capek nurutin maunya Hymir, akhirnya mereka mendapatkan ketel yang dicarinya dan bisa balik ke rumah Ægir buat minum-minum. Agak lucu, sih, kalau dewa sekelas Thor yang diceritain kuat dan perkasa harus kerepotan dan berusaha keras buat menikmati segelas bir.
Senang ngelihat Thor dan Loki bisa akur kayak di Thor: The Dark World dan Thor: Ragnarok? Nah, dalam sajak Þrymskviða, kisah keakuran Thor dan Loki digambarin secara unik dan kocak.
Suatu hari, palu Mjöllnir hilang entah ke mana. Thor bete berat dan menceritakan hal ini ke Loki. Setelah berdiskusi, mereka memutuskan buat nemuin Dewi Freyja buat mencari solusi. Sang dewi pun meminjamkan mereka sebuah mantel sakti yang bisa membawa mereka ke suatu tempat dengan cepat. Loki memakainya dan pergi ke Jötunheimr buat mencari Mjöllnir.
Di sana, Loki ketemu sesosok Jötun bernama Þrymr. Usut punya usut, ternyata Þrymr-lah yang mencuri Mjöllnir dan menyembunyikannya di perut Bumi. Þrymr pun bilang bakal bersedia ngembaliin palunya Thor kalau dibolehin nikah sama Freyja.
Loki pun kembali dan memberi tahu hal ini ke Freyja dan Thor. Alih-alih mau, Freyja malah ngamuk berat. Akhirnya, Thor pun dengan berat hati memutuskan buat pura-pura jadi Freyja dengan mengenakan baju pengantin dan menutup mukanya. Ditemani Loki yang nyamar jadi pelayan, mereka pergi ke Jötunheimr dan kembali menemui Þrymr.
Keduanya disambut baik banget sama Þrymr. Dia bilang bahwa dia udah punya semua harta di dunia ini, tapi semuanya enggak berarti karena menurutnya Freyja-lah yang berharga. Nah, di sana, dia juga nyiapin berbagai jamuan yang langsung dihabisin sama Thor yang lagi lapar berat. Þrymr bingung ngelihat tingkah laku Freyja yang sama sekali enggak feminin. Untungnya, Loki ngibul dan bilang bahwa Freyja kelaparan karena menempuh perjalanan jauh ke sana.
Pesta pernikahan disiapkan dan mempelai perempuan menerima sebuah hadiah pernikahan alias mas kawin yang ternyata berupa palu. Setelah mendapatkan mas kawinnya, Thor langsung menyingkap samarannya dan menggunakan palunya untuk menghancurkan Þrymr, pasukannya, serta kabur dari sana bersama Loki.
Dalam MCU, Thor digambarin sebagai sesosok dewa yang punya hubungan jarak jauh yang rumit dengan Jane Foster. Akan tetapi, dalam cerita mitologi Nordik, Thor adalah suami dari Sif, seorang dewi perang dan mereka dikaruniai beberapa anak. Sedangkan, sosok Sif di MCU cuma sebagai temannya Thor di Asgard.
Nah, dalam sajak berjudul Alvíssmál, Thor ketemu sesosok kurcaci bernama Alvíss yang mengklaim bahwa dia adalah calon mantu mutlak Thor. Kurcaci ini ngeklaim bahwa dirinya udah melakukan perjanjian yang disaksikan dan disetujui para dewa. Isi perjanjiannya adalah bisa memperistri anak cewek Thor.
Dia pun menolak perjanjian tersebut. Soalnya, pada waktu perjanjian disahkan, Thor lagi enggak ada di tempat. Wajar, dong, kalau Thor nolak. Di mana-mana, kalau mau ngelamar anak orang, kamu harus minta baik-baik ke bokapnya, dong!
Alvís tetap ngotot dan bilang bahwa dia tetap mau jadi suami anaknya Thor. Sang dewa petir pun bete abis. Akan tetapi, dia sadar bahwa kurcaci ini enggak bisa dikalahkan pakai otot aja. Akhirnya, Thor pun meminta si kurcaci buat cerita tentang banyak hal, termasuk tentang dunia yang didiami kurcaci di bawah tanah. Dia pun memuji-muji kurcaci itu sampai si kurcaci lupa diri kalau matahari udah bersinar dan bikin si kurcaci jadi batu. Nah, akhirnya gagal deh si Alvíss jadi mantunya Thor.
Cerita ini, kalau dipikir-pikir, agak unik. Soalnya, setiap menyelesaikan masalah, Thor biasanya selalu memakai “otot”. Dalam kasus ini, itu jadi wajar, sih. Mungkin hal ini dilakukannya demi anak kandungnya. Namanya bokap, pasti bakal ngelakuin segala cara buat bikin anak kandungnya hidup tenang dan layak.
Melihat cerita yang terkandung dalam sajak-sajak bangsa Nordic di atas, kita bisa ngelihat sisi lain Thor yang lebih membumi. Kehidupan Thor memang banyak diisi sama perang dan pertempuran. Akan tetapi, bukan berarti dia selalu melakukannya setiap saat. Sama kayak manusia yang butuh waktu rehat dan enggak memaksakan diri buat kerja rodi tiap hari.
Yap, inilah guna mitologi dalam kehidupan modern, yaitu memberi kita pelajaran yang bisa diterapkan dalam kehidupan. Nah, di antara lima kisah sisi lain Thor di atas, mana yang baru kamu tahu?
NEW YORK – Ada sebuah rumah yang memiliki luas lantai 2.029 meter persegi (m2), terdiri dari tiga kamar tidur, dan memiliki permukaan tanah yang tergolong aneh. Sebab, jika Anda terbang di atas properti abad pertengahan ini, atau setidaknya melihat denah, maka akan membantu Anda untuk melihat rumah berbentuk bintang enam sisi.
Dilansir dari laman New York Post, Minggu (27/3/2016), rumah berlantai unik ini pun dibanderol USD599 ribu atau setara Rp7,879 miliar (mengacu kurs Rp13.155 per USD).
"Rumah ini secara harfiah memiliki satu karakter tersendiri," ujar pemilik rumah, Merle McClung, mengatakan kepada Denver Post pada tahun lalu.
"Aku tidak menyadari hal lain seperti itu,” sambung dia.
Keberadaan rumah ini terbentang pada sebidang 0,28 are, kembali kepada tahun 1960-an, dan pengetahuan lokal membanggakan bahwa rumah itu dirancang oleh seorang mahasiswa dari arsitek legendaris Frank Lloyd Wright.
Guna mengisi ruang dengan cahaya, ada sebuah skylight berbentuk lingkaran besar di atas langit-langit bagian tengah rumah. Tak hanya satu saja, cahaya juga masuk melalui skylight lainnya yang lebih kecil, setara baiknya melalui kaca jendela besar.
"Semuanya terpancar dari pusat bintang," kata McClung kepada Denver Post.
"Pada malam hari Anda bisa melihat bulan dan bintang," lanjutnya.
Eksterior rumah menonjolkan aksen kayu dan batu bata. Akan tetapi, interiornya tidak terlalu. Aksen panel kayu hanya berada di dapur. Akan tetapi, peralatannya yang cantik berwarna kuning kenari ala 1960-an menambah variasi warna. Ada juga kamar mandi dengan ubin dan perlengkapan berwarna corak yang sama.
Ruang tamu memiliki perapian gaya chiminea, serta akuarium ikan yang dibangun secara custom.
"Satu-satunya hal negatif yang pernah saya dengar adalah 'Arsitektur ini indah, tapi bagaimana Anda menyesuaikan tempat tidur di sini?'" tutur McClung kepada Denver Post.
Dari foto-foto yang dirilis, pemilik membuktikan bahwa rumah bersudut bintang enam sisi ini juga bisa menyesuaikan posisi furnitur yang cukup baik di masing-masing sudutnya.
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
For more than six centuries the Hofurg was the main seat and winter residence of the Habsburg dynasty. Today you can visit residential apartments of the penultimate emperor and empress, Franz Joseph I and Elisabeth (Sisi), on the piano nobile of the Imperial Chancellery Wing. The apartments are fully furnished and have been authentically restored on the basis of historical models.
In 2004 the Sisi Museum was opened. Occupying over 400m², the most important museum in the world focusing on Empress Elisabeth as an individual gives an a comprehensive impression of her life. A wide variety of original objects casts light on the empress’s complex personality.
On the ground floor the former Court Table and Silver Room features highlights from the imperial household. Precious services of silver, gold and porcelain are displayed alongside table linen and culinary equipment and utensils from the Court Kitchen.
Schönbrunn Palace was used as the imperial family’s summer residence. Here the main emphasis of the rooms on show is the reign of Maria Theresa. Under her rule Schönbrunn Palace became the focus of courtly and political life. As a young emperor, Franz Joseph made Schönbrunn his favourite residence, where he spent major periods of his life. His wife Empress Elisabeth was also fond of using her private apartments at Schönbrunn.